Sabtu, 19 Desember 2009

Fasilitasi Pendaftaran HAKI * Tidak Ada Desain yang Benar-benar Orisinal

Meskipun menggantungkan hidup pada merek (label), sebagian besar pelaku industri pakaian jadi (clothing) di Yogyakarta belum mendaftarkan hak atas kekayaan intelektual atas merek. Prosedur yang lama dan berbelit-belit membuat mereka enggan. Wakil Ketua Kreative Independent Clothing Kommunity (KICK) Yogyakarta Aras Suryo mengatakan, dari 180 merek pakaian jadi yang terdaftar sebagai anggota KICK Yogyakarta, pemilik sertifikat HAKI tak sampai 50 persen. "Biayanya sebenarnya tidak mahal, ratusan ribu sampai sekitar satu juta. Tapi, waktunya sangat lama sehingga banyak yang malas mengurus," ujarnya, di Gedung Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta, Jumat (18/12). Menurut Aras, kondisi industri pakaian jadi di Yogyakarta sangat jauh berbeda dengan Bandung. Di Bandung, pemerintah setempat memberi pelayanan satu atap sehingga proses mengurus HAKI mudah dan cepat. Pelaku industri sangat terbantu sehingga mereka lebih antusias mendaftarkan HAKI mereknya. Rentan dibajak HAKI merek sangat penting bagi pemilik industri pakaian jadi. Sebab mereka yang punya nama sangat rentan dibajak. Padahal membesarkan nama sebuah merek memerlukan usaha dan waktu panjang. "Kemarin ada label clothing di kota lain dibajak. Setelah digugat, pemilik label akhirnya mendapat gantu rugi. Dari situ, kami belajar bahwa mendaftar HAKI sangat penting karena industri clothing itu memang hidup dari label," ujar Aras. Menurut dia, merek sangat penting karena pencinta produk pakaian jadi biasa mengenali suatu produk berdasarkan merek. Bagi pelaku sudah besar dan terkenal, merek yang tercantum bahkan lebih menentukan dibandingkan dengan desain produknya. "HAKI label lebih penting dari HAKI desain. Lagi pula sulit mengklaim desain karena tidak ada desain yang benar-benar orisinal," tuturnya. Melihat kondisi itu, Aras berharap Pemerintah Provinsi DIY memberi fasilitas guna mendukung tumbuhnya industri pakaian jadi di DIY. Apalagi, industri yang baru muncul di DIY tahun 2002 terbukti mampu menyerap tenaga kerja dan memberi pemasukan lewat pajak. Sebelumnya, Ketua KICK Yogyakarta Diana Achmad mengatakan, sejak 2007 festival pakaian jadi menjadi ajang pembuktian bahwa industri kreatif pakaian jadi di DIY bisa berkembang dan menyerap ribuan tenaga kerja. Dalam KICK festival pertengahan tahun lalu, misalnya, total omzet yang diterima 60 peserta selama tiga hari mencapai Rp 4,7 miliar. (ARA) KOMPAS Jogja edisi Sabtu 19 Desember 2009 Halaman: 2 Penulis: Ara

Hak Paten: Pematenan Nama Mendoan Jadi Polemik

Pematenan hak nama mendoan oleh seorang pengusaha di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menimbulkan polemik. Pemerintah Kabupaten Banyumas ber...